APA ITU RABU
ABU? Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan,
pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk
Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.
Mengapa pada
Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan
berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya,
dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat
Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari
singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung,
lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar
dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja
untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu
(Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of
Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah
Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka
berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu,
imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata:
"Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil".
Abu
yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang
telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah
dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang
telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.
Dalam upacara
kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk
menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup
memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari
serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan
Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari
gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena
ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari
Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat
sungguh-sungguh selama empat puluh hari dan menerima Sakramen Pengakuan
Dosa. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja
memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti Misa untuk menerima abu.
Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.
sumber : Ask A Franciscan; St. Anthony Messenger Magazine; www.americancatholic.org
APA ITU MASA
PRAPASKAH? Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita.
Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa
amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa
Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk
seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.
Banyak orang
mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita
membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari.
Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan
mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu
Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua
kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada
Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu
saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya
dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga
baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan
dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau
bisa juga kisah hidup para santo dan santa.
Akhirnya, hanya
ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT"
dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama,
kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu
alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita
kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi
daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter
yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan
berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita
melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok
atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan
berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu
menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada
hal-hal yang lebih serius.
Berlatih
menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti
melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu
kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya
saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni
secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU.
Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu
kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA MASA
PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI? Pada awalnya, empat puluh hari
masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah
I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis
Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah
terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai
Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai
Hari Minggu Palma. Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang
Sengsara Tuhan.
Makna empat
puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum
(Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan
di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah
mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari
(Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus
mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa
selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan
serangan pertamanya yaitu rasa lapar. Serangan yang sama digunakannya
juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan
godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk
menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk
menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal
kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang
dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus
dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan
mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi,
padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.
Selama Masa
Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang
hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).
sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html
PA ITU JALAN
SALIB? Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke
tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan
ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk
mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan.
Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah tahun 1199 ketika
tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah
sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan. Tetapi sejak tahun
1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut,
ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan
untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat
berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana.
SUMBER UTAMA : http://yesaya.indocell.net/id73.htm
Fransiskus dari
Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan
Sengsara Yesus, masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib.
Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad
ke-14. Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja,
kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang besarnya seukuran
manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki
Perhentian-perhentian Jalan Salib. Para biarawan Fransiskan juga
menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat
Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam
bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan
Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa
Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (1730-1740).
Baik kita
melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat
lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja,
ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan
hidup.
Sumber : Ask a Franciscan by Father Pat McCloskey, O.F.M.; © 2001 St. Anthony Messenger Press.
MENGAPA KITA BERPUASA?
1. Berpuasa mempertajam mata rohani kita - membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.
2. Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.
3. Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.
4. Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.
5. Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)
6. Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang serba sibuk dan tidak punya waktu luang.
7. Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)
8. Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan kepada sesama.
MENGAPA KITA
BERPANTANG? Ada dua alasan utama. Pertama, sebagai kurban silih atas
dosa-dosa kita. Kita melukai hati Tuhan dan sesama ketika kita berdosa.
Kedua, dan yang paling utama, kita melukai hati Tuhan dan sesama karena
kita kurang dapat mengendalikan diri. Ketika kita tergoda untuk
melakukan sesuatu yang jahat (atau tidak melakukan sesuatu yang baik).
Kita jatuh dalam pencobaan karena kita tidak mempunyai kehendak yang
kuat untuk melakukan yang baik.
Jika kalian
ingin belajar mengendalikan diri, mulailah dari hal-hal yang kecil.
Selama beberapa minggu berpantanglah sesuatu yang kalian sukai. Misalnya
berpantang permen, atau berpantang menonton acara TV yang kalian sukai,
atau berpantang pergi ke bioskop.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA KITA
BERPANTANG DAGING PADA HARI JUMAT? Pada abad ke-4 sudah ada hukum Gereja
tentang berpantang pada hari-hari tertentu. Dahulu setiap hari Rabu,
Jumat dan Sabtu adalah hari-hari pantang. Sejak abad ke-12 pantang
ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat - untuk
mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu. Pada tahun 1965 Paus Paulus
VI mengijinkan Konferensi Para Uskup untuk menetapkan masa pantang dan
puasa. Maka ditetapkan hari Rabu Abu dan Jumat Agung sebagai masa puasa
dan pantang serta setiap hari Jumat dalam Masa Prapaskah sebagai masa
pantang.
Mengapa
berpantang daging? Banyak orang suka kelezatannya dan merasa kehilangan
jika harus berpantang. Dulu peraturan pantang dan puasa orang-orang
Kristen juga memasukkan susu dan telur sebagai pantangan. Pantang dan
puasa menunjukkan rasa hormat akan ciptaan Tuhan dengan menggunakannya
lebih hemat.
Sumber : Ask a Franciscan by Father Pat McCloskey, O.F.M.; © 2001 St. Anthony Messenger Press.
BAGAIMANA PERATURAN PANTANG & PUASA?
PERATURAN PANTANG DAN PUASA KEUSKUPAN SURABAYA TAHUN 2009
Sesuai dengan ketentuan Kitab Hukum Kanonik (Kanon No. 1249 - 1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, maka ditetapkan:
a.
Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari
Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa
Prapaska sampai dengan Jumat Agung.
b.
Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun
sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik
yang berusia genap 14 tahun ke atas.
c. Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis)
berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau
rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang
secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.
d.
Salah satu ungkapan tobat ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang
diharapkan mempunyai nilai pembaharuan pribadi dan nilai solidaritas
tingkat paroki, keuskupan dan nasional. Hendaknya di setiap paroki
diadakan kegiatan sosial konkret yang membantu masyarakat umum, seperti
misalnya mengadakan beasiswa, pengobatan untuk umum, donor darah, pasar
murah dan lain-lain.
e.
Hasil pengumpulan dana selama APP, hendaknya selekas mungkin
diserahkan kepada Romo Bendahara Panitia Aksi Puasa Pembangunan
Keuskupan Surabaya, paling lambat tanggal 30 April 2009.
f.
&nbrp;Hendaknya diusahakan agar masa tobat sungguh menjadi masa pembaharuan
rohani umat dengan diselenggarakan pendalaman bahan APP di Lingkungan,
Wilayah, Paroki dan kelompok-kelompok kategorial, rekoleksi, retret,
ibadat Jalan Salib, meditasi dan sebagainya.
Surabaya, 11 Februari 2009
ttd
Mgr. V. Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya
APA PERAN MUSA
DAN ELIA KETIKA YESUS DIPERMULIAKAN? Orang Kristen membagi Kitab Suci
menjadi dua bagian: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Para saksi
memberikan kesaksian mereka di pengadilan, jadi kalian dapat mengatakan
bahwa Perjanjian Lama adalah serangkaian kesaksian tentang Tuhan oleh
orang-orang yang hidup sebelum Yesus. Perjanjian Baru adalah serangkaian
kesaksian oleh orang-orang yang bersaksi tentang Yesus.
Orang-orang
Yahudi hanya mengakui Kitab Perjanjian Lama. Mereka membaginya menjadi
tiga bagian: Kitab Hukum (Taurat), Kitab Para Nabi dan Kitab Tulisan.
Kitab Hukum (Taurat) berisi kesaksian Musa serta orang-orang yang mengenalnya.
Kitab Para Nabi
berisi kesaksian para nabi, yaitu baik pria maupun wanita yang
berbicara atas nama Tuhan setelah jaman Musa. Yang paling utama dari
para nabi itu ialah Elia. Para nabi yang lain ialah: Samuel, Natan,
Amos, Yeremia dan Yehezkiel.
Kitab Tulisan
berisi berbagai macam tulisan lain yang tidak cocok dikelompokkan baik
ke dalam Kitab Hukum maupun Kitab Para Nabi. Kitab ini dianggap kalah
penting dari kedua kitab pertama. Termasuk didalamnya antara lain adalah
“Amsal” dan “Pengkhotbah”.
Penampakan Musa
dan Elia ketika Yesus dipermuliakan menjadi semacam tanda persetujuan
mereka kepada Yesus. Tuhan Allah sendiri menyempurnakan kesaksian mereka
dengan suatu suara yang berkata dari dalam awan: "Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Matius 17:5).
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU HARI
MINGGU PALMA? Pernahkah kalian menyaksikan suatu pertunjukan drama
hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting
dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kalian lupa bahwa kalian
sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kalian tidak
sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah
sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kalian terbawa
dalam peran yang mereka mainkan.
Itulah sebabnya
mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari ini. Kalian tidak hanya
menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kalian diminta untuk berperan
serta di dalamnya. Kalian menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama
yang paling hebat sepanjang masa: minggu terakhir dalam kehidupan Yesus.
Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kalian.
Adegan diawali
dengan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan jaya. Di masa silam para
raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai
desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa
Yunani disebut "Epifani". Mereka mengadakan sidang dan bertindak
sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (=hukuman). Mereka juga
mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan
epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih menyerupai
perang.
Rakyat dapat
mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki
kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk
berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya
berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Jika
raja hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki
kota dengan menunggang keledai.
Cara inilah
yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus
bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem.
Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud
membawa damai sejahtera.
Yesus datang
dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah.
Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di
situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi
licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan
ranting-ranting dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak
tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, khalayak ramai meneriakkan
"Hosanna!", bahasa Ibrani yang artinya "Selamatkanlah Kami!"
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA
RANTING-RANTING PALMA DIGUNAKAN? Hanya Yohanes satu-satunya penginjil
yang menyebutkan bahwa ranting-ranting yang mereka gunakan adalah dari
pohon palma. Matius serta Markus hanya menyebutkan "ranting-ranting".
Lukas malahan tidak menyinggung soal ranting sama sekali, ia hanya
mengatakan bahwa orang banyak menghamparkan pakaian mereka di jalan.
Di beberapa
negara Eropa, umat merayakan Hari Minggu Palma dengan menggunakan
ranting pohon willow atau ranting pohon sejenis, karena pohon palma
jarang dijumpai di sana. Beberapa orang menganyam 3 lembar daun palma
atau lebih untuk dijadikan salib atau mahkota duri. Tahun depan,
daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Hari Minggu Palma
akan dibakar menjadi abu untuk dipergunakan dalam perayaan Rabu Abu.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA KISAH
SENGSARA YESUS DISEBUT `PASSIO'? Minggu Palma disebut juga Minggu
Mengenangkan Sengsara Tuhan, sebab pada hari itu akan dibacakan kisah
tentang hari-hari terakhir kehidupan Yesus di dunia yang dikenal sebagai
“Kisah Sengsara Tuhan Kita, Yesus Kristus”.
Passio berasal
dari `Passio' bahasa Latin, yaitu suatu perasaan yang amat kuat serta
mendalam. Misalnya saja cinta, benci atau marah. Di antaranya, yang
paling besar kuasanya adalah cinta.
Tuhan amat
sangat mencintai kita. Tuhan bukanlah arca batu yang tanpa perasaan.
Arca seperti itu tidak mati untuk siapa pun. Tuhan Yesus wafat bagi
kita. Yesus tidak berpura-pura. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit yang
amat menyiksa. Penderitaan Tubuh-Nya jauh lebih besar dari yang dapat
ditanggung manusia mana pun. Penderitaan batin-Nya - sejak ditinggalkan
oleh para sahabat-Nya hingga cercaan serta hinaan dari mereka yang
hendak diselamatkan-Nya - lebih dahsyat dari yang dapat kita bayangkan.
Jadi, ketika kalian mendengarkan Kisah Sengsara-Nya, berbagilah
penderitaan dengan-Nya!
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA KITA
MEMBACA PASSIO DUA KALI? Pada Hari Minggu Palma kita membaca Passio
yaitu Kisah Sengsara Yesus: bacaan dari Injil bagian sengsara Yesus yang
biasanya dibacakan oleh 3 orang lektor. Kita juga akan mendengarkan
kisah yang sama pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung. Mengapa kita
mengulanginya? Alasannya ialah, bagi kebanyakan orang, Pekan Suci hanya
berlangsung selama 60 menit saja. Ada banyak upacara-upacara agung dan
indah dalam Pekan Suci ini untuk membantu kita mengenangkan karya
penyelamatan kita yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Sayang
sekali, sebagian orang tidak ikut ambil bagian dalam upacara-upacara
penting ini. Oleh karena itu Gereja merasa perlu menghadirkan kisah
Pekan Suci secara ringkas bagi mereka, dan menjejalkannya dalam Hari
Minggu Palma. Sehingga kadang-kadang kita hampir saja lupa makna Hari
Minggu Palma yang sesungguhnya: Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya!
Pekan Suci adalah pekan di mana kita seharusnya tidak melupakan Tuhan.
Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita agar kita dapat hidup kekal.
Kita patut melalui pekan ini sebagai pekan yang lain daripada yang
lainnya, sebagai pekan yang sungguh-sungguh SUCI. Kita patut ambil
bagian dalam seluruh kegiatan mengenangkan kembali hari-hari terakhir
Yesus sebelum kematian-Nya. Jika sekarang kita meluangkan waktu
bersama-Nya, kita boleh yakin bahwa Ia akan bersama kita jika kita
membutuhkan-Nya. Jangan puas dengan versi Pekan Suci yang singkat.
Setidak-tidaknya selama sepekan ini saja, biarlah Allah menikmati versi
lengkapnya.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA
PERAYAAN PASKAH JATUH PADA TANGGAL YANG BERBEDA-BEDA SETIAP TAHUN?
Matahari maupun bulan, kedua-duanya mempunyai pengaruh dalam menentukan
Paskah. Di belahan bumi utara, saat tengah hari, matahari tidak selalu
tepat di atas kepala. Dalam musim dingin, matahari lebih rendah pada
kaki langit daripada dalam musim panas. Musim semi tiba pada titik
pertengahan di antara kedua perbedaan yang besar tersebut. Hal ini
biasanya terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan disebut Vernal Equinox
(musim semi di mana waktu siang dan malam sama lamanya).
Bulan purnama
pertama sesudah Vernal Equinox membantu menentukan tanggal Paskah. Hari
Raya Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama
tersebut. Ada lebih dari 12 kali bulan purnama dalam satu tahun, jadi
tanggal Paskah dapat sangat bervariasi.
Paskah tidak
selalu jatuh pada hari Minggu. Sebagian umat Gereja Kristen Perdana
menggunakan tanggal Hari Raya Roti Tak Beragi orang Yahudi, yaitu pada
tanggal 14 bulan Nisan dalam penanggalan Ibrani. Jadi, Paskah bisa saja
jatuh pada hari-hari lain selain hari Minggu! Kebanyakan umat Kristiani
dari Ritus Timur masih menggunakan Hari Raya Roti Tak Beragi untuk menentukan Hari Raya Paskah.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
BAGAIMANA
PENETAPAN TANGGAL PASKAH? Sebelum tahun 325M, gereja-gereja di berbagai
wilayah yang berbeda merayakan Paskah pada tanggal yang berbeda-beda
pula, dan Paskah tidak selalu jatuh pada hari Minggu. Pada tahun 325,
Konsili Nicea mengubah hal tersebut dengan mengajarkan bahwa hari raya
Paskah harus selalu dirayakan pada hari Minggu. Pada tahun 1576,
Aloysius Lilius memaklumkan bahwa Paskah haruslah ditetapkan pada hari
Minggu pertama sesudah bulan purnama sesudah Vernal Equinox (hari
pertama musim semi, lihat Mengapa paskah jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?). Gereja-gereja Barat
menetapkan tanggal Paskah sekitar tahun 1583. Hari Raya Paskah akan
berkisar antara tanggal 22 Maret hingga 25 April. Siklus Paskah akan
berulang setiap 5,700,000 tahun sekali - tidak lebih cepat dari itu!
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA YESUS
MENGATAKAN AKAN MENAMPAKKAN DIRI DI GALILEA? Menurut Kitab Suci, Yesus
menampakkan diri kepada para murid-Nya di Ruangan Atas - tempat di mana
Ia merayakan Perjamuan Terakhir. Jika demikian, mengapa St. Matius
Pengarang Injil menceritakan bahwa Yesus berkata, “Pergi dan katakanlah
kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea. Di sanalah
mereka akan melihat Aku."? Memang Yesus juga menampakkan diri kepada
para murid-Nya di Laut (atau danau) Galilea sesudahnya, tetapi ada suatu
keterangan yang menarik mengapa Ia mengatakan demikian.
Sebagian orang
menganggap Bukit Zaitun sebagai “Galilea Kecil”, karena dalam perjalanan
ziarah tahunan ke Yerusalem, para peziarah dari Galilea biasa menginap
di sana. Nama itu bahkan juga digunakan untuk menyebut sebuah rumah yang
menyediakan ruangan bagi orang-orang Galilea untuk merayakan Paskah.
Ruangan itulah yang digunakan Yesus pada Hari Kamis Putih.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar