Kamis, 08 Maret 2012

ADAT NYANGAHATN DAYAK KANAYATN




Secara umum Nyangahathn terdiri dari serangkaian kegiatan, yaikni: (1) Matik, (2) Ngalantekathn, (3) Mibis, dan (4) Ngadap Buis. Menurut jenis sajiannya, keempat tahap di atas dibagi menjadi dua namun tetap merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaannya, yakni: (1) Nyangahathn Manta‘ dan (2) Nyangahathn Masak. Nyangahathn manta’ ialah yang dilakukan tanpa hewan kurban atau dengan hewan kurban tetapi belum disembelih (masih hidup). Yang termasuk dalam Nyangahathn Manta’ ini adalah Matik, Ngalantekathn , dan Mibis. Sedangkan Ngadap Buis termasuk ke dalam Nyangahathn masak, karena sebab kurban yang dipersembahkan sudah masak.


Matik.
Matik adalah doa yang bertujuan menginformasikan kepada Sang Pencipta dan Awa Pama (roh leluhur) tentang hajat keluarga. Matik dilaksanakan malam hari sebelum hari labuh, atau sebelum berlangsungnya kegiatan. Perlengkapan atau sajiannya berupa: Tumpi’ Sunguh (cucur yang terbuat dari tepung beras yang diaduk dengan garam tanpa warna, dan tanpa ketan), Poe’ Sepiring (ketan masak sepiring), Ai’ Pasasahathn (air pencucian dalam cawan), Pelita (lampu), Kobet (Tiga buah, berisi sobekkan tumpi’ Sunguh, poe’,dilengkapi sirih masak)



Ngalantekatn.
Ngalantekatn adalah doa yang bertujuan memohon agar keluarga dan semua yang terlibat dalam pekerjaan memasak selamat. Sesajen atau sajian yang digunakan adalah Bantahan (sepiring beras sunguh/biasa dan sepiring beras ketan) sebutir telur masak, ai’ panyasahanth (air pencucian) dan pelita, penekng unyit mata baras (beras kuning/gonye) beras sasah (beras yang dicuci) dan langir/minyak. Tujuannya, mohon keselamatan. Beras kuning berfungsi sebagai peluntur, pelarut segenap hal yang kurang berkenan, dan berperan sebagai tudung, dinding penyekat dan benteng dari segala gangguan. Sedang beras sasah atau beras yang ducuci , berfungsi mencuci atau menghilangkan segala sesuatu atau kekotoran yang melekat pada manusia. Langir terbuat daru kulit buah langir disampur minyak kelapa. Melambangkan pelartu, penawar peluntur segala yang tidak baik dalam kehidupan.



Mibis.
Mibis adalah doa kelanjutan dari tahap Ngalantekathn, yang bertujuan agar segala sesuatu yang telah dilunturkan, dilarutkan supaya diterbangkan jauh dari keluarga dan lingkungan dan dikuburkan sebagai matahari yang terbenam ke arah barat. Kegiatan Mibis ini disebut babibis. Dalam tahap babisis semua yang persembahkan pada tahapan Ngalantekathn, dipesembahkan kembali. Setelah doa babibis selesai disampaikan, ayam disembelih dan diambil darahnya untuk melengkapi kurban ngadap Buis. Ayam dibersihkan dengan hanya membuang usus. Ayam kurban yang selanjutnya dipanggang atau direbus dengan bentuk dada terbelah,disebut Rangkakng manok.


NgadapBuis
Ngadap Buis adalah tatacara berdoa yang terdiri dari beberapa kegiatan, yang meliputi:
1.Ngalatekathn bujakng Pabaras. Isinya adalah pengutusan Bujakng Pabaras kepada Jubata. Bujakng Pabaras dapat pula diartikan sebagai tanda pertobatan keluarga sehingga layak berdoalog dengan jubata dan awa pama.
2. Ngaranto.Pada tahap ini Panyangahathn mengajak setta mengundang Jubata Ne’ Patampa’, Ne’ Pajaji Ne’ Pangingu dan Awa Pama.
3. Nyasah paha
Pencucian kaki Jubata dan Awa Pama yang turut serta dalam undangan.
4. Tampukng Tawar
Permohonan agar Jubata menawarkan semua hal yang tidak berkenan. Permohonan ini disimbolkan dengan perilaku mengoleskan tepung tawar di kening atau telapak tangan keluarga pelaksana.
5. Nyorokng Kobet
Penyampaian kurban sesuai jumlahnya
6. Basasah basingkomor
Pelayanan kepada Jubata dan undangan lainnya untuk mencuci tangan dan
berkumur . Ditandai oleh pencurahan air oleh Panyangahathn.
7. Pengudusan
Pengudusan terghadap berbagai hal yang kurang berkenan selama kegiatan berlangsung, dengan menggunakan lambang bujakng Pabaras.
8. Basaru’ Sumangat
Pemanggilan semua jwa yang berkaitan dengan kehidupan agar kembali dengan
tenang dan tenteram.
9. Muat Buis. (Bahari dkk., 1996:157)
Bagian penutup ini memohon ijin untuk mengambil kembali semua persembahan.

Dalam Nyangahatn Ngadap Buis, terdapat sejumlah Jubata/tokoh Illahi yang menjadi tujuan arah persembahan. Semua kobet diberikan kepada Jubata menurut ujut-ujut kekuasan-Nya, yakni:
1. Mata’ ari, Bulatn, Bintakng
2. Palasar Palaya’ (lingkungan hutan rimba)
3. Tingkakok Burukng Matan, Bungkikik Burukng Jawa (Burung Penimang padi agar bersih dan lebat)
4. Pangalu’, Pangamakng (Roh leluhur yang dapat menganggu, yang mungkin ikut hadir dalam pesta)
5. Laok Bisa (hewan berbisa)
6. Awa Pama Karamigi (arwah leluhur penjaga rumah tangga)
7. Bakahatn Jarami (lahan bekas ladang)
8. Pangarabantatn, Pamalak, Picara (Bidan, Tukang sunat, dan utusan acara meminang/ perkawinan)
9. Pajaji, Patampa’, Pangira (Pencipta awal mula dan di masa datang)
10. Pagalar, Pajanang, Ka’ Bide Binuo (para pemimpin di lingkup Binuo)
11. Ka’ Kampokng Ka Tumpuk (di wilayah kampung halaman)
12. Ka’ Ai’ Ka’ Tanah (di air dan tanah) Bahari dkk., 1996:154)

Buis tidak hanya berupa ayam, tetapi dapat berupa babi yang beratnya minimal 40 kg. Terutama Nyangahatn dalam Pesta-pesta yang tergolong besar, seperti: perkawinan, Baroah Ngalapasan Tahutn (akhir pemeliharaan arwah tahun ketiga kematian), dan Sunat. Secara keseluruhan, bahan Buis atau persembahan yang merupakan irisan-irisan daging babi disebut Galumakng. Daging babi yang dijadikan Galumakng antara lain:
1. Kulit/lamak buis (kulit/lemak punggung kanan, selebar 4 jari)
2. Apo (lemak bagian perut)
3. Angkakng (rusuk)
4. Pengekng (tulang pinggul)
5. Amali’ (kulit ketiak kiri)
6. Padar (rusuk, hati, dan kura)
7. Limunsur (otot punggung kanan)
8. bamabm(lemak dalam daging rongga perut)
9. Sigah 4 tatak (bahan perut yang dimasak dalam buluh sebanyak 4 potong)
10. Galompa’ (kulit berlemak 4 bungkus)
11. Lonekng kokot keba’ (lengan kiri utuh, dari pangkal sampai kuku)

Suba’ atau Karama
Setelah Nyangahatn selesai disiapkan paket untuk Panyangahatn, yang disebut Suba’ atau Karama. Bahan Suba’ tersebut antara lain: tungkat/poe’ ruas (ketan dimasak dalam bambu), sabalah talo, ati, babakng (sebelah telur, hati dan empedal), bantatn (beras biasa dan ketan masing-masing sepiring) dan salonekng manok (satu paha ayam, jika buisnya hany seekor, atau sebelah ayam tanpa kepala jika buisnya lebih dari seekor). Jika buisnya menggunakan babi, maka selain bahan-bahan di atas, Suba’nya adalah: satu padar, satatak sigah (sekerat bambu berisi bahan-bahan dalam/perut babi yang telah dimasak, Sebungkus galompa’, Satu barakng.

Saya baru bisa pulang jam 21.00, ketika sleuruh prosesi Nyangahatn selesai. Beberapa warga mendekat dan menyatakan permohonannya, agar saya meliput lagi kalau ada ritual dikampungnya.
“repo kami kade’ kita’ mao nulis adat-adat ka kampokng kami”
“makasih pak uda’. Bataki’ maan’ kade’ ada acara agik boh”
Saya melambaikan tangan, melaju dijalan raya yang baru beraspal Desember 2007 lalu.

Tidak ada komentar: